MediaSolidaritas.com – Jalanan penuh ramai alunan suara kentongan dan balera dengan iringan nyanyian serta sholawat. Kobaran obor juga turut bangkitkan semarak Kotol di sahur pertama masyarakat Kajjan, Madura pada Senin (12/3).
Bulan Ramadan memang tak lepas dari berbagai tradisi yang melekat pada masyarakat di berbagai daerah. Salah satu tradisi masyarakat yang marak dijalankan yaitu patrol atau tradisi memainkan alat musik berbahan dasar bambu. Praktik patrol Ramadan sendiri telah lumrah dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Dilansir dari detik.com, patrol merupakan tradisi Ramadan yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Menurut penjelasan seorang antropolog, Djoko Adi Prasetyo mengungkapkan bahwasannya patrol marak dilakukan oleh penduduk Makkah.
Pun inisiasi dari para pemuda Kajjan, Kabupaten Bangkalan, Madura. Tradisi patrol dengan memainkan alat musik bambu di daerah Kajjan ini akrab disebut Kotol.
“Mungkin orang mikirnya agak tabu, tapi penyebutan Kotol sendiri ditengarai oleh alat musik yang digunakan. Kami pakai alat TokTok, kentongan poskamling gitu,” cerita Mohammad Fais yang merupakan salah satu pelopor Kotol.
Kegiatan Kotol ini mulai digelar sejak tahun 2012. Inisiatif itu muncul dengan tujuan agar para pemuda tidak sekedar menghabiskan waktu Ramadan dengan kegiatan nongkrong saja. Mereka pun mulai aktif menyemarakkan Kotol setiap tahunnya di bulan Ramadan sebagai bentuk kegiatan yang bermanfaat.
“Adanya kotol ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Kajjan. Jadi saya tidak melarang anak-anak untuk ngotol. Sing penting ngotol i bejenah ben jemmah teppak perraah jem saor lakarrah (yang penting ngotol pada waktunya dan tepatnya pada saat saur dilaksanakan),” tutur pria tersebut.
Tak hanya sebagai bentuk penyambutan datangnya Ramadan, Kotol juga rutin dilaksanakan setiap hari untuk membangunkan masyarakat ketika waktu sahur dan berlangsung hingga akhir Ramadan sebagai penutup sekaligus penyambutan hari raya Idul Fitri.
Manfaat adanya Kotol dapat dirasakan langsung oleh banyak masyarakat Kajjan. Mereka mengaku dengan adanya Kotol para warga desa Kajjan dapat dengan mudah bangun ketika waktu sahur.
Menurut penuturan Anis Sakinah, seorang ibu rumah tangga yang merupakan warga Kajjan, Kotol dinilai sebagai kegiatan yang menghibur dan tidak mengganggu lantaran nyanyian yang dikumandangkan terkadang berupa selawat.
Adanya aksi Kotol ini dinilai sebagai kegiatan yang dapat mempererat kebersamaan antar masyarakat. Di beberapa daerah, patrol Ramadan bahkan dijadikan ajang perlombaan antar warga.
Meskipun merupakan kegiatan yang bermanfaat, tidak jarang para orang tua juga mengkhawatirkan anak-anak mereka ketika mengikuti kegiatan Kotol di malam hari yang gelap.
“Awas.. Saya tidak melarang anak-anak ikut Kotol, tapi sedikit khawatir. Harus jaga badan.. Awas ada ular..” pesan Anis kepada para pemuda yang mengikuti aksi Kotol.
Reporter: Moh. Su’ud dan Amalia Dhea Fadila
Editor: Istiana Agus Saputri