mediasolidaritas.com – Rabu (04/09), pada pukul 14.40 Fahrudin mendapat pesan dari aplikasi Whatsapp mengenai runtuhnya genteng di sebelah selatan gedung Tarbiyah lama. Merasa memarkir motor di sekitar tempat itu, mahasiswa Fakultas Dakwah tersebut bergegas memastikan nasib kendaraannya. Benar saja, setelah sampai di tempat kejadian, motor Scoopy yang kerap Ia gunakan, sudah tertimpa reruntuhan genteng.
Motornya tertimpa galvalum yang digunakan sebagai penyangga genteng-genteng tersebut. Walaupun demikian, Ihya Fahrudin Umar nasibnya masih lebih beruntung dibandingkan dengan motor Beat yang berselang lima motor dari lokasinya. Terlihat kaca meteran kecepatan Beat hitam tersebut pecah tak bersisa. Belum lagi lampu motor yang juga terlihat ada retakan-retakan dan sebagian ada yang pecah.
Kejadian ini bermula ketika pukul 14.38. Suasana yang saat itu tenang, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari runtuhnya genteng. Beberapa orang yang sedang kuliah di dalam gedung tersebut mengira gemuruh itu merupakan gempa. Namun rupanya kontruksi genteng yang biasa disebut sebagai “topi-topi” gedung Tarbiyah lama runtuh.
Kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun ada satu mahasiswi mengalami syok berat yang memaksa harus dilarikan ke rumah sakit. Kejadian ini bermula saat mahasiswi itu akan memarkir motor di sekitaran area tersebut. Namun, tidak lama kemudian topi-topi di area tersebut runtuh.
“Tidak ada korban, tapi ada yang syok. Kebetulan Ia mau parkir menaruh (sepeda motor), Ia menghindar terus jatuh (topi-topi),” ungkap Manan selaku bagian umum Fakultas Tarbiyah.
Lanjutnya dalam kejadian runtuhnya topi-topi, menimbulkan kerugian sebanyak 30 motor dan satu unit sepeda angin akibat tertimpa reruntuhan. Manan juga mengaku belum mengetahui pasti penyebab runtuhnya topi-topi.
Dugaan Kurang Kuatnya Konstruksi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Solidaritas, konstruksi yang runtuh berbahan galvalum. Sedangkan topi-topi yang tidak runtuh serta menghadap ke timur konstruksi penyangganya berupa kayu. Selain itu, genteng yang terpasang diperkirakan berjenis genteng Kodok serta diproduksi daerah Karang Pilang. Genteng itu memiliki panjang dan lebar 23,5 Cm dan 19,5 Cm. Berat perunit genteng sebesar 1,75kg, dengan isi permeter pesergi sebanyak 20 unit. Lalu panjang galvalum yang runtuh sekitar 15 – 20 meter.
Chusnul Fuad selaku Ketua Bagian Umum menjelaskan bahwa seharusnya konstruksi topi-topi sudah kuat. Hal ini disampaikan dengan alasan bahwa saat pembangunan sudah melewati tim penguji teknis, penilai, evaluasi di lapangan.
“Kan sudah ada tim teknis, penilai bangunan, evaluasi dan sebagainya, sudah aman,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Ia menduga bahwa runtuhnya topi-topi akibat kurang kuatnya galvalum yang melekat di tembok. Pasalnya paku Fessler yang digunakan diduga tidak menempel secara kuat di tembok. Selain itu Ia juga menduga bahwa berat genteng yang digunakan tidak sesuai dengan konstruksi.
“Menurut tim teknis sudah kuat sebenarnya. Cuma mungkin melekatnya ke tembok yang kurang kuat. Mungkin pake Fressler, mungkin kurang dalam (menempel ditembok). Semestinya kalau mau kuat harus tembus (tembok). Semestinya kalau mau kuat lagi pakai genteng mainan, wong itu (merujuk pada genteng) pakai genteng Karang Pilang,” ungkap lelaki yang baru saja menjabat sebagai Kepala Bagian Umum tersebut.
Ia juga menjelaskan kejadian serupa juga pernah terjadi di gedung Rektorat lama. Namun gedung tersebut sudah diganti menggunakan genteng berjenis metalproof.
Topi-topi gedung Tarbiyah awalnya diperbaiki pada bulan Juni tahun 2018. Hal ini bukan kejadian pertama runtuhnya konstruksi yang masih berumur jagung di UINSA.
Tercatat pada tahun 2017, gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) pernah ambruk. Saat itu kaca pada gedung yang baru selesai diresmikan jatuh. Serta ada di bagian tiang bangunan yang berlubang berdiameter empat kepalan tangan orang dewasa.
Menurut Indah Sulistiyowati, kasus di FEBI dan topi-topi gedung Tarbiyah merupakan dua hal berbeda. Rubuhnya kaca di gedung FEBI dikategorikan sebagai bencana alam. Pasalnya saat kejadian memang terjadi angin kencang sehingga merubuhkan kaca-kaca di FEBI.
“Kalau itu kan force merger, kejadian alam. Kan puting beliung toh, pada saat itu. Jadi tidak hanya FEBI, Wonocolo gentengnya naik (merujuk rumah masyarakat). Jadi beda kasus,” jelasnya sambil tangannya menunjuk ke arah barat kampus.
Sedangkan untuk kerugian dari kerusakan sepeda motor, Chusnul Fuad mengatakan akan diupayakan diganti kerusakannya. Selain itu Ia juga menghimbau untuk tidak parkir di area runtuhnya topi-topi gedung Tarbiyah.
“Sepeda-sepeda tadi sudah saya konsultasikan kepada pak Biro (Kepala Biro), jawabannya pak Biro ya nanti akan Saya upayakan diganti,” tutupnya.(and/ais)