Unggulkan Program Pengabdian dan Koleksi Jurnal. Wahidah Zein Br Siregar, Wakil Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA) optimis akreditasi UINSA bakal‘A’.
mediasolidaritas.com – 1 Rajab 1440 H, tepatnya pada tanggal 8 Maret lalu. UINSA kedatangan tamu dari tim Asesor Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT). Ini merupakan momen yang ditunggu, mengingat UINSA sudah mengirimkan borang akreditasi sejak September tahun lalu.
Tim asesor yang hadir adalah Marwan, selaku ketua tim asesor. Sri Nurdiati, Suparto, A. Rifai dan Budi Nurani sebagai anggota. Menariknya, kunjungan tim asesor disambut bersamaan dengan UINSA Campus Expo (UCE). Bukan sebuah kebetulan, jika acara UCE diadakan pada 6 sampai 10 Maret 2019. Pada 8 Maret gedung Twin Tower sengaja dikosongkan dari pengunjung umum, khusus untuk menyambut tim asesor.
“Supaya tidak ada kesan, bahwa kita ini repot-repot ini, hanya menyambut asesor. Event ini digabung supaya masyarakat juga tahu bahwa ini berbarengan dengan akreditasi. Namanya AL (Assessment Lapangan, red),” tutur Masdar Hilmi selaku Rektor UINSA.
Akreditasi kampus periode ini dipercepat. Bukan tanpa alasan, mengingat UINSA bisa mempersiapkan akreditasi dengan matang. Selain itu, Wahidah Zein Br Siregar selaku Wakil Rektor (Warek) Satu optimis kampus akan mendapat akreditasi A. Rasa optimis yang dimiliki Wahidah, bukan tanpa dasar. Program Pengabdian masyarakat dan koleksi jurnal UINSA, baik tingkat nasional maupun internasional, menjadi alasannya.
“Sudah waktunya ganti. Karena sekarang anak-anak ngelamar kerja itu tidak hanya akreditasi fakultasnya saja yang ditanyakan, tapi juga universitas. Jadi maunya anak kita dapat mudah cari kerjaan. Kredibilitas kampus itu bagus untuk mengeluarkan anak-anak, jadi anak anak ini adalah anak yang memiliki kompetensi yang bagus yang bisa diterima di dunia kerja,” tutur Wahidah.
Berdasarkan Keputusan BANPT Nomor: 1096/SK/BAN-PT/Akred/PT/X/2015, UINSA tercatat terakreditasi dengan nilai 335 peringkat B (Baik), ditetapkan sejak 24 Oktober 2015. Masa berlaku akreditasi kampus yakni lima tahun terhitung sejak keputusan ditetapkan.
“Kalau saya optimis bisa, anak-anak kan niat ya, masak kita nggak dapat A,” tutur wanita lulusan Australia ini, saat ditanya terkait peluang UINSA mendapatkan akreditasi A.
Mengintip Program Pengabdian dan Jurnal UINSA
Pengabdian masyarakat merupakan salah satu dari bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Program ini dirancang untuk memberikan kontribusi nyata pada masyarakat Dalam hal ini Solidaritas menemui Sahid selaku ketua LP2M (Lembaga Penelitian Pada Masyarakat) UINSA pada Kamis (14/03/19).
Sahid mengatakan salah-satu yang diunggulkan UINSA dalam akreditasi kampus tahun ini adalah Community Engagement (pengabdian pada masyarakat). Dalam website resmi UINSA, ditulis bahwa Pengembangan sistem pembelajaran berbasis riset dan pengabdian masyarakat masuk dalam rencana strategi bisnis UINSA periode 2014-2019.
Jika ditelisik, UINSA memang memiliki berbagai program pengabdian ditingkat fakultas maupun universitas. Baik yang dilakukan oleh mahasiswa maupun dosen. Diantara pengabdian yang dilakukan oleh mahsiswa antara lain, Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) Ekonomi, CSR (Corporate Social Responsibility), Literasi, Nusantara dan Luar Negeri.
Ada tiga metode pendekatan yang diterapkan dalam program KKN UINSA, yaitu pendekatan ABCD (Asset Based Community Development), pendekatan partisipator dan pendekatan CBPR (Community Based Participatory Research). Selain menggunggulkan Community Engagement dalam akreditasi tahun ini, UINSA juga unggulkan Jurnal UINSA, baik yang terakreditasi nasional maupun internasional.
Sejauh ini, berdasarkan pada postingan di website resmi UINSA, ada 63 jurnal yang dikeluarkan UINSA. Baik dari dosen maupun mahasiswa. Dari kesembilan fakultas pada strata satu yang dimiliki UINSA, terbitan jurnal paling sedikit diraih oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dengan 2 jurnal. Dan terbitan jurnal paling banyak disandang oleh Fakultas Sains dan Teknologi serta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, masing menerbitkan 9 jurnal.
KKN Internasional Kerap Bermasalah
Program KKN UINSA sendiri kerap dirundung oleh masalah. Berdasarkan rekam jejak digital Solidaritas, KKN Internasional sering bermasalah. Tercatat pada tahun 2017, UINSA membatalkan gelombang 2 KKN ke Thailad. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan anggaran untuk melaksanakan program. Sehingga, dialihkan dari Thailand ke Malaysia. Selain itu waktu pengabdian juga dipotong, tidak sesuai agenda.
“Untuk peserta gelombang ke dua, kami tawarkan untuk berangkat KKN di Malaysia sebagai ganti atas ketidakjelasan KKN di Thailand. Namun bukan lagi 4 bulan seperti waktu yang telah ditetapkan untuk KKN Thailand, hanya 2 minggu untuk KKN Malaysia,” jelas Devita, salah satu staf IO (International Office) saat diwawancarai pada Oktober 2017 lalu.
Tahun 2018, KKN Internasional ke Belanda juga mengalami kendala. Program ini sempat mundur dari waktu yang sudah dijadwalkan. Awalnya program akan dilaksanakan pada bulan April 2018, namun pemberangkatan molor hingga bulan Juli di tahun yang sama. Penyebabnya visa dari Belanda yang tak kunjung turun.
“Ketika ingin mengirim mahasiswa untuk KKN harus ada undangan dari pihak negara penerima, atau biasa disebut calling visa. Nah inilah yang kita tunggu dari pihak Belanda,” tutur Ahmad Fathan Aniq selaku kepala IO saat diwawancarai pada 26 April tahun lalu. (Jhn/Dre/Jib/Oliv)