mediasolidaritas.com – Jumat (21/06), sekitar pukul setengah sembilan, Kru LPM Solidaritas berniat menelusuri lahan milik UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Kabarnya, lahan tersebut terletak di kecamatan Gunung Anyar dan akan didirikan kampus UINSA 2. Berpakem pada peta daring, lokasi di atur dengan tujuan kampus UINSA 2.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 23 menit dari kampus UINSA 1, Kru sampai di lahan kosong yang dikelilingi tembok. Lahan tersebut tampak cukup luas untuk didirikan kampus.
Letaknya berdampingan dengan Perumahan Wiguna. Tetapi kami merasa janggal dengan lokasi yang tertera pada peta daring itu. Pasalnya terdapat dua bangunan rumah yang terawat di dalam area tembok. Bahkan ada baju yang tengah dijemur pada sekitaran rumah.
Untuk memastikan, Kru menelusuri tembok pembatas yang mengelilingi lahan. Tidak ada tanda menunjukkan lahan itu milik UINSA. Beberapa warga sekitar juga tidak mengetahuinya. Ketika memasuki area lahan, seorang warga berpakaian kaos biru dengan memakai topi terlihat tengah mengumpulkan rumput.
Dari keterangannya kami tahu, lahan milik UINSA, yang Ia kenal dengan sebutan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) berada di sebelah barat dari Politeknik Pelayaran Surabaya. Tepatnya sekitar 3,7 km ke arah barat dari lokasi yang tertera pada peta daring. Bersebelahan dengan jalan Dr. Ir. Soekarno-Hatta Surabaya.
Mengintip Pembagunan Kampus 2
Sesampainya di lokasi yang diarahkan warga tersebut, tampak lahan kosong sebagian sudah diratakan sebagian lagi masih berupa kebun milik seseorang. Selain itu terdapat jembatan berwarna hijau yang menjadi penghubung antara jalan raya dengan area lahan. Jalan dan lahan dipisahkan oleh sungai yang lebarnya sekitar 6 meter. Namun masih belum ada tanda-tanda pembangunan gedung atau fasilitas penunjang lainnya.
Kami memutuskan untuk menyisiri area sampai ke belakang lahan. Di belakang lahan terdapat Puskesmas Gunung Anyar. Sekitar 10 meter dari tempat itu, ada gang kecil dengan jalan setapak. Di gang tersebut, terdapat area pemancingan lalu sekitar lima meter ada kandang kambing.
Selain itu ada pula beberapa rumah warga semi bangunan. Sedangkan di ujung gang, nampak rumah Muhaimin salah seorang warga yang berbatasan lansung dengan lahan milik UINSA. Keduanya dibatasi dengan aliran air kecil, dengan kayu balok sebagai penghubung. Pak Muhaimin mengatakan jika lahan tersebut memang milik UINSA/IAIN.
“Iya IAIN sini (menunjuk lahan UINSA), sudah diuruk gini,” terang lelaki memakai kaos biru sambil menunjuk lahan UINSA.
Menurut Muhaimin lahan yang terdapat di sana sampai berbatasan dengan jalan Gunung Anyar Kidul akan dibeli UINSA. Tetapi masih ada beberapa lahan yang masih menjadi milik perusahaan.
“Sini, kampung sana (menunjuk perbatasan jalan Gunung Anyar Kidul) sampai sana (menunjuk jalan Dr. Ir. Soekarno-Hatta),” akunya.
Dalam Rencana Induk Pengembangan UINSA 2020-2045 (RIP), kampus 2 diproyeksikan akan memiliki lahan seluas 410.000 m2. Tetapi hingga RIP disahkan pada Desember 2017, lahan yang telah direalisasikan hanya 112.786 m2.
Pada Senin (28/06), Kru Solidaritas menemui Achmad Zaini selaku ketua Project Implementation Unit Surat Berharga Syariah Negara (PIU SBSN). Ia membenarkan pembangunan kampus 2 masih pada tahap pemerataan tanah. Lahan yang sudah diratakan tersebut seluas 3,2 Ha (32.000 m2). Sedangkan sisanya masih berupa lahan yang belum siap dibangun. Selain itu Ia juga membenarkan bahwa lahan seluas 112.786 m2 tidak dalam satu kesatuan hamparan tanah. Namun untuk lahan yang 3,2 Ha menyatu dalam satu hamparan tanah.
“11 Ha (merujuk pada 112.786 m2) tapi tidak menyatu, masih ada berselingan tanahnya orang,” terangnya sambil memeragakan letak lahan.
Sedangkan tahap pembangunan gedung diperkirakan akan dimulai saat Agustus mendatang. Serta akan selesai pada tahun 2022. Gedung yang akan dibangun untuk, FISIP, Psikologi dan Kesehatan, Adab dan Humaniora, Fakultas Saintek, Laboratorium Saintek, Laboratorium Keagamaan dan Perpustakaan. Pembangunan gedung kampus 2 diproyeksikan akan menghabiskan dana sekitar 480 milyar rupiah.
Sedangkan kesalahan dalam aplikasi peta daring, Achmad Zaini mengaku tidak mengetahuinya.
“Kalau di Google Maps (aplikasi peta daring, red) saya engga tahu siapa yang gawe (membuatnya),” ujarnya sambil menggelengkan kepala. (jhn/and)