Kartu Tanda Mahasiswa Jadi Kartu Multi Akses: Efektif atau Bikin Ribet?
BERITA

Kartu Tanda Mahasiswa Jadi Kartu Multi Akses: Efektif atau Bikin Ribet?

MediaSolidaritas.com – Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menerapkan kartu multi akses untuk keluar masuk kampus dan untuk administrasi umum. Kebijakan ini dimulai sejak 15 Juli lalu. Penerapan dari kartu multi akses ini menjadi perbincangan hangat di kalangan mahasiswa.

“Kemajuan UINSA ini harus diapresiasi, karena kita lebih baik pakai kartu multi akses untuk mengantisipasi dari adanya pencurian motor (curanmor) atau orang luar, hal itu merupakan salah satu sisi positif dari kegunaan dari kartu akses,” ujar salah satu petugas keamanan.

Penerapan kartu multi akses ini sudah pernah dilakukan, namun sempat terhenti selama beberapa tahun karena mesin gate system yang rusak.

“Dulu pernah ada, tapi tidak digunakan lagi karena rusak,” imbuhnya.

Namun, penerapan kembali kartu multi akses menghadapi beberapa kendala, terutama saat dimulainya kelas ma’had sore atau Program Peningkatan Kompetensi Keagamaan Mahasiswa (P2KKM). Hal ini berpotensi menyebabkan kemacetan yang mengular hingga ke jalan raya.

“Kita hanya mengikuti arahan Ibu Wiwik Setyani selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan,” ujarnya.

Dari sisi mahasiswa, ada beberapa keluhan terkait kebijakan ini. Diyah, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) merasa bahwa penggunaan kartu multi akses cukup merepotkan.

“Sebenarnya agak ribet. Harus cari kartunya dulu, ngeluarin dari tas, apalagi biasanya kalau saya kadang juga pakai jaket kan,” ungkap Diyah.

Meskipun demikian, Diyah juga mengakui beberapa kelebihan dari kebijakan ini, seperti peningkatan keamanan dan keteraturan.

“Mungkin kendalanya nanti waktu ma’had sore kan pulangnya barengan, jadi antrenya bakal panjang. Kalau sekarang masih belum masuk semua jadi memang belum kelihatan antrenya,” tambahnya.

Finas yang juga mahasiswa FTK menyampaikan pandangannya tentang manfaat kartu multi akses.

“Rasanya lebih terjaga dari orang luar yang mengaku sebagai mahasiswa UINSA. Kalau mereka ngga punya kartu aksesnya kan jadi otomatis tidak bisa masuk,” ujar mahasiswa semester lima itu.

Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Wiwik Setyani menjelaskan bahwa kartu multi akses ini direvitalisasi karena banyaknya kasus kehilangan yang merugikan pihak kampus.

“Terkait dengan akses itu, semua berangkat dari tugas kami (Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, red) sebagai pengampu kebijakan pengamanan sarana dan prasarana kampus. Karena sudah terbukti tujuh Liquid Crystal Display (LCD) hilang, beberapa diantaranya di gedung pasca sarjana dan di ushuluddin,” tandas wanita berkacamata itu.

Tidak hanya untuk keamanan, adanya kartu ini juga untuk mengontrol efisiensi sumber daya kampus, termasuk biaya lift dan penertiban absensi sivitas akademika seperti pegawai dan dosen.

“Biaya lift sekali naik adalah Rp35.000. Sebagai pejabat keuangan, saya harus menerapkan asas efisiensi. Listrik itu penting, jadi kalau ada mahasiswa yang mau konsultasi silakan menggunakan fasilitas di lantai satu ini agar tidak naik turun lift,” ujar wanita berusia 53 tahun itu.

Menanggapi keluhan mahasiswa terkait antrean panjang ketika masuk dan keluar kampus, Wiwik menegaskan bahwa kartu ini bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan bersama.

Adanya kartu ini juga memunculkan aturan baru terkait tarif parkir yang harus dibayarkan oleh selain sivitas akademika UINSA. Hal ini dikarenakan tidak semua kendaraan yang diparkir di dalam kampus itu milik warga UINSA, seperti beberapa masyarakat luar yang tidak punya lahan, kemudian memarkirkan kendaraan di sini.

“Kalau itu tidak ditarif, jadi berapa uang yang lost? Ya sesuai dengan SK (surat keputusan, red) dan undang-undang yang berlaku. Tarif untuk mobil Rp5.000 dan untuk motor Rp2.000, bisa dibayarkan melalui QRIS” tambah wanita kelahiran Ngawi itu.

Pada akhir wawancara, Wiwik mengungkapkan rencana ke depan untuk menggunakan kartu multi akses sebagai sistem absensi mahasiswa, sehingga lebih merealisasikan asas efisiensi kartu multi akses.

 

Penulis : Amalia Dhea Fadila, Moh. Naufal Adibi

Editor : Dewi Aisyah Alya Pratiwi

 

Post Comment